Pewter, Seni Kriya Timah dari Bangka

Publish by Redaksi on 3 September 2023

NEWS, IDenesia.id - Apakah Anda pernah mendengar atau mengetahui kata "pewter"? Kalaupun jawabannya belum pernah, tentu wajar adanya. 

Pewter bukanlah kata yang umum diucapkan. Tetapi jika ditanyakan kepada masyarakat di Pulau Bangka, pewter bukanlah sesuatu yang asing di telinga mereka.

Pewter sendiri adalah seni kerajinan logam dari timah, mineral tambang berwarna putih keabuan yang terdapat di perut bumi pulau seluas 11.623,54 kilometer persegi tersebut. 

Hasil tambang Bangka sudah dikenal dunia sejak lebih dari 350 tahun lampau dan banyak dipakai oleh industri logam daratan Eropa sejak abad 19 dengan kode Banka Tin.

Dilansir IDenesia dari laman Indonesia.go.id, Minggu 3 September 2023, ditulis Louis-Charles Damais yang dalam buku Epigrafi dan Sejarah Nusantara, terdapat dua kitab sastra India yang menyebutkan nama Bangka. 

Menurut sejarawan Prancis yang memiliki spesialisasi mengenai Indonesia tersebut, kitab pertama adalah kitab sastra kuno India dari abad 1 Sebelum Masehi, Milindapanca dan kemudian Mahaniddesa, kitab dari abad 3 Masehi. Di dalam kedua kitab tersebut, Bangka disebut sebagai ‘vanca’ atau ‘wangkadwipa’, alias Pulau Timah.

Sedangkan pewter secara etimologi diduga berkaitan erat dengan kata “spelter” dalam bahasa Inggris. Demikian dikatakan ahli sejarah bahasa dan naskah kuno (filolog) Walter William Skeat yang hidup di abad 19 dalam bukunya An Etymological Dictionary of The English Language (Kamus Etimologi dari Bahasa Inggris), terbitan 1893. 

Pria berkebangsaan Inggris itu menyebut spelter bermakna sebagai kegiatan melebur dan menempa timah batangan (ingot) untuk dibuat alat makan-minum (tableware) seperti sendok-garpu, mangkuk sup, baskom buah, piring makan, cangkir dan teko (teapot).

Produk sejenis lainnya adalah kotak jam dinding, gantungan lilin (candlestick), tudung penutup lampu (light fixture), serta medali. Sebagian produk ditujukan untuk kebutuhan keluarga kerajaan sejak abad 15.

Produk-produk kerajinan berbasis spelter tadi akhirnya menyebar pada awal abad 16 di daratan Eropa dengan penyebutan berbeda. Misalnya peltro di Italia, peltre (Spanyol), piautre (Prancis), atau peauteur (Belanda). 

Pematung Prancis, Jacques Limousin pada awal abad 20 menjadikan teknik spelter untuk pembuatan patung-patungnya yang bertema Art Nouveau dan Art Deco dan ornamen lainnya. 

Namun menurut kurator kerajinan timah asal Inggris, Charles Hull, seni pewter sesungguhnya telah ada sejak Zaman Perunggu dengan ditemukannya potongan pewter di sekitar makam kuno Mesir dari abad 1450 Sebelum Masehi. 

Dalam bukunya, Pewter yang dirilis pada 1992, Hull yang nenek moyangnya telah menekuni kerajinan timah sejak tahun 1415, masih tidak yakin bahwa itu merupakan penemuan pertama dari seni pewter di Mesir. 

Menurutnya seni pewter sudah berkembang sejak era Mesir kuno dan Romawi kuno sebelum meluas di daratan Eropa abad petengahan.

Pewter memadukan antara keterampilan dan teknologi di dalam proses pembuatannya. Bahan baku pewter berasal dari timah berkadar timah putih (Sn) sebesar 97 persen ditambah tembaga (Cu) sebesar 2 persen dan 1 persen sisanya yaitu antimon (Sb).

Menurut Budi Pramono seperti dikutip dari bahan penulisan “Pelatihan Dasar Pewter”, penggunaan tembaga adalah untuk mengkilapkan timah sedangkan antimon untuk membuat timah menjadi keras.

Ini lantaran timah putih merupakan logam lunak karena dapat melebur pada titik didih 223 derajat. 

Dari kerajinan pewter ini bisa dibuat bermacam-macam produk, yaitu produk tetap dan yang dibuat sesuai permintaan konsumen.

Contoh produk tetap seperti gantungan kunci dari replika-replika mini seperti balok timah, Pulau Bangka. Ada pula replika kereta dorong pengangkut balok timah, dan kereta tas golf.

Produk yang dibuat sesuai dengan permintaan konsumen, misalnya, bentuk-bentuk mini (miniatur) dari perahu pinisi, kendaraan tambang, rumah adat Bangka, Jembatan Ampera, atau piala, helm tambang berukir, vas bunga, kaligrafi, dan asbak rokok. 

Untuk pembuatan pewter produk tetap rata-rata memerlukan waktu produksi selama 1-3 hari. Dan jika berdasarkan pesanan konsumen, waktu pembuatannya antara 1 minggu hingga 1 bulan tergantung dari tingkat kesulitannya.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross