Salju di sekitar Puncak Jaya (foto:alamy)

Salju Abadi Puncak Jaya Diprediksi akan Lenyap Tahun 2026

Publish by Redaksi on 12 September 2023

NEWS, IDenesia.id - Tutupan es atau “salju abadi” di Puncak Jaya, Pegunungan Cartenz, Papua, atau Dugu-Dugu (demikian masyarakat Papua menyebutnya), terus mencair dari tahun ke tahun. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah beberapa tahun belakangan mengamati perubahan ini dan menyebut kondisi "salju abadi" kian mengkhawatirkan karena terus mengalami pencairan.

Dirilis IDenesia dari Indonesia.go.id, Selasa 12 September 2023, BMKG menyebut salju abadi di Puncak Jaya, Papua mengalami penipisan sekira 2,5 meter per tahun dalam rentang waktu tahun 2016--2022. Sementara itu, luas tutupan es salju yang memiliki ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu menyusut hingga 98%. Dari semula 19,3 km persegi pada 1850 menjadi 0,34 km persegi pada 2020. Adapun luas tutupan es di Puncak Jaya pada 2022 sekira 0,23 kilometer persegi.

Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) BMKG bersama Ohio State University, AS, sejak tahun 2010 telah melakukan studi terkait analisis paleo-klimatologi berdasarkan inti es (ice core) pada gletser Puncak Jaya. Secara berkala BMKG dengan didukung PT Freeport Indonesia kemudian terus melakukan kegiatan pemantauan terhadap luas dan tebal gletser di Puncak Jaya.

Berdasarkan pengamatan melalui foto udara, sampai saat ini tutupan es di Puncak Jaya terus-menerus mengalami pencairan dan terancam lenyap. Pada 2010, tebal es diperkirakan mencapai 32 meter dan laju penipisan es sebesar 1,05 meter per tahun terjadi pada tahun 2010--2015. Kemudian saat terjadi El Nino kuat pada tahun 2015--2016, penipisan es pun mencapai 5 meter per tahun.

Koordinator Bidang Litbang Klimatologi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Donaldi Sukma Permana menyatakan, ketebalan es telah berkurang 12,5 meter pada awal 2021. Ini setara dengan laju penipisan sekitar 2,5 meter per tahun.

“Kami menggunakan pemodelan CORDEX-SEA dan data observasi untuk memprediksi hilangnya tutupan es Papua berdasarkan proyeksi iklim di masa depan. Hasilnya, tutupan es di Puncak Jaya diperkirakan hilang pada 2026,” ujar Donaldi, dalam tulisannya yang dimuat di The Conversation.

Lebih lanjut Pakar Klimatologi BMKG ini mengatakan laju penipisan gletser dapat habis total paling cepat pada 2024. “Risiko ini semakin besar karena El Niño–yang membuat iklim bumi lebih hangat–dapat terjadi pada tahun ini,” katanya menegaskan.

Ketua Tim Studi Dampak Perubahan Iklim pada Gletser di Puncak Jaya ini menambahkan mencairnya lapisan es yang menutupi Puncak Jaya berdampak pada meningkatnya tinggi muka laut secara global.

"Dampak nyata lainnya dari pencairan es di pegunungan ini adalah adanya kontribusi terhadap peningkatan tinggi muka laut secara global," jelasnya.

Sementara Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi di seluruh dunia berdampak pada mencairnya salju abadi di Puncak Jaya. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mencatat, suhu rata-rata global pada awal Juni 2023 telah mencapai 1,5 derajat celsius lebih panas dibandingkan suhu pada masa pra-industri. Rekor suhu rata-rata global terpanas terjadi pada 3 Juli yang mencapai 17,01 derajat celsius.

Diprediksi salju akan lenyap pada 2026. Fenomena El Nino yang terjadi tahun ini berpotensi turut mempercepat kepunahan tutupan es di Puncak Jaya tersebut. Lapisan gletser akan menipis paling cepat pada 2024.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross