Sebuah Gedung Sekolah Dibangun Dalam 10 Hari Dari Bahan Baku Bata Ecobrick Atau Limbah Plastik. (Foto : samotamedia.com).

SD di Lombok Barat Jadi Sekolah Pertama yang Dibangun dari Bata Sampah Plastik

Publish by Redaksi on 6 February 2023

NEWS, IDenesia.id - Sebuah gedung sekolah dibangun dalam 10 hari dari bahan baku bata ecobrick atau limbah plastik. Sekolah itu adalah SDN 4 Tamansari, Desa Tamansari, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sekolah tersebut dibangun Yayasan Classroom of Hope. Bahan baku bata ecobrick didatangkan dari Finlandia. Yayasan Classroom of Hope berencana akan membangun pabrik bata ecobrick di kawasan Science and Technology Industrial Park (STIP) Banyumulek, Lombok Barat.

Guru SDN 4 Tamansari, Marizal mengatakan bahwa enam ruang kelas sekolah tersebut dibangun selama 10 hari. Mulai dari pengerjaan fondasi, pemasangan bata ecobrick untuk tembok ruangan kelas hingga pemasangan atap.

"Enam lokal ruang kelas SDN 4 Tamansari ini dikerjakan selama 10 hari. Paling lama dikerjakan itu bagian fondasinya. Enam gedung sekolah ini terbuat dari bata sampah plastik cuma produksinya ndak ada di sini, masih di Finlandia. Rencananya mau dibangun pabriknya di Lombok Barat," kata Marizal. Dikutip IDenesia.id dari laman idntimes.com.

Marizal menjelaskan SDN 4 Tamansari merupakan sekolah yang rusak akibat gempa bumi Lombok tahun 2018. Hampir tiga tahun siswa belajar di sekolah darurat yang dibangunkan oleh Yayasan Pelita Foundation.

Kemudian Yayasan Pelita Foundation mencari donatur luar negeri yang berasal dari Jerman, Australia dan Finlandia. Sampai ada dontor yang membantu yaitu Yayasan Classroom of Hope pada 2022. Sehingga gedung SDN 4 Tamansari dibangun kembali menggunakan bahan bata ecobrick.

Gedung sekolah yang dibangun tersebut diresmikan Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah. Wagub tertarik dengan pembangunan sekolah dari limbah sampah plastik tersebut. Apalagi, NTB masih dihadapkan dengan persoalan sampah plastik.

"Makanya bahan bangunan yang terbuat dari sampah plastik ini sebagai sesuatu hal yang dapat mengatasi sampah di wilayah NTB. Bahan baku bata ecobrick untuk membangun enam ruang kelas ini dibawa pakai satu mobil tronton dari Finlandia," tuturnya.

Enam ruang kelas yang terbuat dari limbah plastik itu, kata Marizal, dikerjakan oleh 18 pekerja, baik untuk fondasi, pemasangan bata ecobrick dan atap. Dengan jumlah pekerja sebanyak 18 orang itu, merek bisa mengerjakannya selama 10 hari.

Sekolah yang terbuat dari limbah plastik itu dikatakan merupakan pertama di Indonesia bahkan Asia. Meskipun sekolah itu sudah rampung, tetapi Yayasan Classroom of Hope tetap melakukan pengawasan setahun sekali.

"Sekolah kita ini dulu rusak kaibat gempa tahun 2018. Sehingga Yayasan Classroom of Hope berinisiatif membuat bangunan sekolah dengan standar tahan gempa, aman dan nyaman walaupun terbuat dari limbah sampah plastik," terangnya.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross