Bungker Peninggalan Jepang Masa Perang Dunia II di Jalur Maros-Bone. (Dok/Kemendikbud RI).

Sejarah Bungker Peninggalan Jepang Masa Perang Dunia II di Jalur Maros-Bone

Publish by Redaksi on 17 July 2023

NEWS,  IDenesia.id - Di Pattunuang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, terdapat bungker yang diduga dibangun oleh Jepang sebagai pertahanan bawah tanah selama Perang Dunia II sebelum Indonesia merdeka. Pada 1942, kekuasaan Belanda di Hindia-Belanda dipindahkan kepada Jepang melalui Perjanjian Kalijati.

Jepang memiliki keinginan yang kuat untuk menguasai Hindia Belanda karena kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan untuk keperluan militer mereka dalam Perang Dunia II. Pada 4 Februari 1942, terjadi pertempuran di Selat Makassar antara Kalimantan dan Sulawesi. Angkatan Laut Jepang berhasil mendorong pasukan sekutu mundur hingga Cilacap dan berhasil maju hingga Sulawesi.

Pada 10 Februari 1942, Jepang merebut Makassar. 28 Maret tahun yang sama, Angkatan Laut Jepang berhasil menguasai Indonesia Timur dengan markas besarnya berada di Makassar. Pendudukan Jepang di Makassar ditandai dengan pembangunan bungker-bungker di beberapa wilayah di Sulawesi Selatan.

Pada 2016, selama pembangunan jalan layang Trans Sulawesi Maros-Bone, dilaporkan penemuan tiga bungker. Bungker-bungker tersebut terletak antara kilometer 19 hingga 22 arah Maros-Bone dengan posisi yang relatif berdekatan. Secara administratif, lokasi penemuan tersebut berada di wilayah Kampung Pattunuang Asue, Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros. Bungker pertama terletak di kilometer 19 arah Maros-Bone.

Bungker ini harus dipindahkan dari lokasinya karena pembangunan jalan. Untuk menyelamatkannya, bungker tersebut disimpan dalam ruangan yang terletak di bawah beton jalan yang khusus dibuat. Tujuannya adalah untuk meletakkan kembali bungker tepat di tempat penemuannya yang telah diubah, yaitu di tengah jalan layang, meskipun kondisi lingkungan sekitarnya telah berubah.

Bungker kedua terletak di kilometer 21 arah Maros-Bone, sekitar 322 meter di utara bungker pertama. Posisi bungker kedua berada di atas tebing kelokan jalan layang. Ketinggian dindingnya bervariasi karena tebingnya yang miring. Hal ini juga menyebabkan bungker mengalami kerusakan karena tertutup oleh batu, tanah, dan tumbuhan yang tumbuh di sekitarnya.

Bungker ketiga terletak di kilometer 22 arah Maros-Bone, sekitar 35 meter di barat laut dari bungker kedua. Posisinya hanya dipisahkan oleh badan jalan. Berbeda dengan bungker pertama dan kedua, bungker ketiga berada di bagian bawah tebing atau jurang. Karena itu, akses ke bungker ini cukup sulit. Kondisi lingkungan membuat bungker ini tertutup oleh longsoran tanah lereng jalan dan juga tumbuhan yang tumbuh di sekitarnya.

Diperlukan kajian mendalam mengenai upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan bungker ini. Mengingat kompleksitas masalahnya, mulai dari penemuan hingga upaya penyelamatan. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan status bungker ini sebagai cagar budaya dan melanjutkan penelitian lebih lanjut. Tujuannya bukan hanya untuk mengetahui asal-usul bungker, tetapi juga untuk mengembangkan dan memanfaatkannya di masa depan agar dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.

Sumber: Kemendikbud RI.

Link: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsulsel/bungker-tempat-teraman-di-masa-perang/

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross