Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) meletus hebat pada 10 April 1815 atau 207 tahun lalu.

Sejarah Hari Ini, 10 April; Meletusnya Gunung Tambora 1815

Publish by Redaksi on 10 April 2023

NEWS, IDenesia.id - Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) meletus hebat pada 10 April 1815 atau 207 tahun lalu. Ledakan itu melontarkan sekitar 140 miliar ton magma. Tak hanya membunuh lebih dari 71.000 orang di Pulau Sumbawa, tapi abu yang dilepaskannya menciptakan anomali iklim global.

Melansir Live Science, 12 Maret 2011, pada 1815, letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa disebut sebagai letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah. Sebagian ahli menyebut angka 91.000 jiwa. Sebanyak 10.000 orang tewas secara langsung akibat letusan dan sisanya karena bencana kelaparan dan penyakit yang mendera.

Dampak Jumlah ini belum termasuk kematian yang terjadi di negara-negara lain, termasuk Eropa dan Amerika Serikat. Mereka didera bencana kelaparan akibat abu vulkanis Tambora yang menyebabkan tahun tanpa musim panas di dua benua itu.

Jika kehancuran di sekitar Tambora disebabkan terpaan awan panas, kematian massal berskala global justru disebabkan pendinginan Bumi pasca-letusan. Setahun kemudian, 1816, tidak terjadi musim panas. Salju turun di bulan Juni di Albany, New York.

Total penurunan suhu bumi saat itu mencapai 0,4 sampai 0,7 derajat celsius. Dampaknya adalah kegagalan panen global. Sungai es terlihat pada bulan Juli di Pennsylvania. Ratusan ribu orang mati kelaparan di seluruh dunia.

Dikutip dari Live Science 10 Apri 2023 pada tahun 1817 seorang berkebangsaan Jerman bernama Karl von Drais membuat kendaraan dengan dua roda. Temuan itu belum disebut sebagai sepeda kala itu. Ketika itu karya Drais ini dikenal di seluruh kawasan Eropa dengan nama yang berbeda-beda. Alat itu disebut mulai dari draisienne, dandy horse, dan hobby horse. Awal mula diciptakan, sepeda buatan Drais belum menggunakan mesin bekecepatan aerodinamis seperti sepeda yang saat ini ada.

Sepeda Drais dulu memiliki berat hingga 23 kilogram, roda pun dibuat dari kayu, bukan ban berbahan dasar karet. Bagian tempat duduk terbuat dari kulit yang dipaku ke kerangka sepeda. Sementara bagian stang terbuat dari bahan yang sama dengan roda, yakni dari bahan kayu. Ketika itu, setang kayu belumlah sempurna. Belum ada sistem gigi sebagaimana banyak sepeda masa kini. Pengguna menggerakkan sepeda itu dengan mengarahkan kakinya ke depan.

Drais membawa sepeda temuannya ke Perancis dan Inggris sehingga menjadi begitu populer. Salah seorang warga Inggris, Denis Johnson pun membuat dengan versinya sendiri dan menjualnya kepada para bangsawan London. Sepeda kala itu menuai kesuksesan selama beberapa tahun hingga akhirnya dilarang karena dinilai membahayakan para pejalan kaki sekitar tahun 1820-an. Setelah sempat menghilang, sepeda kembali muncul di tahun 1860-an. Kali ini, roda sudah terbuat dari baja sementara kerangka masih berbahan dasar kayu.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross