Tentara Pembela Tanah Air (PETA) Yang Ikut Serta Dalam Pemberontakan Blitar Di Bawah Pimpinan Supriyadi Dihadapkan Pada Penguasa Jepang Di Jakarta. (Foto : IPPHOS via dokumentasi Harian Kompas).

Sejarah Hari Ini, 14 Februari; Pemberotakan Pembela Tanah Air, PETA

Publish by Redaksi on 14 February 2023

NEWS, IDenesia.id – Sejarah mencatat peristiwa yang pernah tejadi pada tanggal 14 Februari 1945 adalah Pemberontakan Pembela Tanah Air, PETA, di kota Blitar yang dipimpin oleh Shodancho Supriyadi.

Supriyadi dan rekan-rekannya adalah lulusan angkatan 1 pendidikan PETA di Bogor. Mereka dikembalikan ke daerah asalnya untuk bertugas di bawah Daidan (Batalyon) Blitar. Nurani mereka tersentuh saat melihat penderitaan rakyat Indonesia yang diperlakukan buruk oleh tentara Jepang.

Kondisi Romusha (pekerja paksa) sangat menyedihkan karena banyak yang tewas akibat kelaparan dan terkena berbagai macam penyakit tanpa diobati. Para prajurit PETA juga geram melihat kelakuan tentara Jepang yang suka melecehkan wanita Indonesia.

Pertemuan rahasia sudah digelar sejak September 1944. Supriyadi merencanakan aksi itu sebagai sebuah revolusi menuju kemerdekaan. 14 Februari 1945 dipilih sebagai waktu yang tepat karena akan ada pertemuan seluruh anggota dan komandan PETA di Blitar, sehingga diharapkan anggota-anggota yang lain akan ikut bergabung.

Tepat 14 Februari 1945 pukul 03.00 WIB, pasukan PETA menembakkan mortir ke Hotel Sakura yang menjadi kediaman para perwira militer Jepang. Markas Kempetai juga ditembaki senapan mesin. Dalam aksi yang lain, salah seorang Bhudancho PETA merobek poster bertuliskan “Indonesia Akan Merdeka” dan menggantinya dengan tulisan “Indonesia Sudah Merdeka!”

Pemberontakan PETA tidak berjalan sesuai rencana. Supriyadi gagal menggerakkan satuan lain untuk memberontak dan rencana ini pun terbukti telah diketahui oleh pihak Jepang. Dalam waktu singkat, Jepang mengirimkan pasukan militer untuk memadamkan pemberontakan PETA.

Sebanyak 78 orang perwira dan prajurit PETA ditangkap dan dijebloskan ke penjara untuk kemudian diadili di Jakarta. Sebanyak 6 orang divonis hukuman mati di Ancol pada 16 Mei 1945, 6 orang dipenjara seumur hidup, dan sisanya dihukum sesuai dengan tingkat kesalahan.

Akan tetapi, nasib Supriyadi tidak diketahui. Supriyadi menghilang secara misterius. Setelah Indonesia merdeka, sebenarnya Supriyadi diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan. Namun, Supriyadi tidak pernah muncul lagi untuk selama-lamanya.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross