Presiden Soeharto saat mengumumkan pengunduran diri di Istana Merdeka, Jakarta, 21 Mei 1998. (Foto : WIkimedia/Creative Commons).

Sejarah Hari Ini, 21 Mei; Soeharto Mundur Dari Jabatannya Sebagai Presiden

Publish by Redaksi on 21 May 2023

NEWS, IDenesia.id – Pada Kamis, 21 Mei 1998 dicatat dalam sejarah Bangsa Indonesia, diaman pada hari itu Presiden Kedua Republik Indonesia Soeharto, yang telah memimpin selama 32 tahun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden.

Soeharto yang baru dua bulkan dipilih Kembali untuk ketujuh kalinya di tengah badai Krisis moneter mendapat tekanan ekonomi maupun politik serta gelombang unjuk rasa yang menuntut reformasi dari mahasiswa dan berbagai kalangan. Berbagai tekanan tersebut pada akhirnya memaksa penguasa orde baru tersebut melepaskan jabatan dan sesuai konstitusi Wakil Presiden BJ Habibie melanjutkan estafet kepemimpinannya.

Pada paruh kedua tahun 1997, Indonesia menjadi negara yang paling terpukul oleh krisis keuangan Asia tahun 1997. Perekonomian mengalami pelarian modal asing yang menyebabkan rupiah jatuh dari Rp2.600 per dolar pada bulan Agustus 1997 menjadi lebih dari Rp14.800 per dolar pada bulan Januari 1998.

Perusahaan-perusahaan Indonesia dengan pinjaman dalam mata uang dolar AS berjuang untuk melunasi hutang ini dengan pendapatan rupiah mereka, dan banyak yang bangkrut. Upaya Bank Indonesia untuk mempertahankan rezim float yang dikelola dengan menjual dolar AS tidak hanya berdampak kecil pada penurunan mata uang, tetapi juga menguras cadangan devisa Indonesia.

Kelemahan ekonomi Indonesia, termasuk tingkat utang yang tinggi, sistem pengelolaan keuangan yang tidak memadai, dan kapitalisme kroni, diidentifikasi sebagai penyebab mendasar. Volatilitas dalam sistem keuangan global dan liberalisasi pasar modal internasional yang berlebihan juga disebutkan. Pemerintah menanggapi dengan mengambangkan mata uang, meminta bantuan Dana Moneter Internasional, menutup beberapa bank dan menunda proyek modal besar.

Pada bulan Desember 1997, Soeharto untuk pertama kalinya tidak menghadiri KTT presiden ASEAN, yang kemudian terungkap karena stroke ringan, menimbulkan spekulasi tentang kesehatannya dan masa depan kepresidenannya. Pada pertengahan Desember, ketika krisis melanda Indonesia dan sekitar $150 miliar modal ditarik dari negara itu, dia muncul di konferensi pers untuk memastikan dia bertanggung jawab dan mendesak orang untuk mempercayai pemerintah dan rupiah yang ambruk.

Mengutip Tempo, Mantan aktivis '98, Wahab Talaohu, menyebut para mahasiswa saat itu sudah terlalu jengah dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) oleh rezim Soeharto. Selain itu, mereka juga sudah muak dengan sistem politik yang tersentralisasi oleh Golkar dan ABRI, hingga kebebasan berekspresi dan berpendapat yang dibungkam.

Para mahasiswa melalui gerakan bawah tanah terus melakukan konsolidasi. Dibuntuti, dipukuli, hingga ditangkap aparat sudah menjadi makanan para aktivis saat itu. Mereka harus diam-diam mengkonsolidasikan kekuatan mulai dari Jakarta hingga ke daerah-daerah.

Tumbangnya Soeharto tak lepas dari aksi-aksi maraton dari gerakan mahasiswa. Bahkan pada 12 Mei, mahasiswa Trisakti menggelar demonstrasi. Aksi yang awalnya berjalan kondusif berubah jadi peristiwa berdarah dengan tewasnya empat mahasiswa Trisakti. Aparat menembaki massa yang menuntut reformasi secara membabi buta, hingga saat ini kasus pertanggungjawaban tewasnya empat mahasiswa tersebut belum tuntas. Tragedi Trisakti menjadi pemicu puncak gerakan konsolidasi mahasiswa.

Kalangan intelektual pada masa itu pun turut ambil suara. Budayawan asal Yogyakarta, Emha Ainun Nadjib, bahkan menggalang pertemuan dengan para tokoh. Salah satu pertemuan berlangsung di Hotel Wisata pada 17 Mei 1998. Nurcholis Madjid hadir dalam pertemuan ini. Pertemuan ini menjadi pembicaraan.

Bahkan Soeharto sempat berbicara dengan Nurcholish via telepon. "Saat itu juga saya langsung bicara dengan Pak Harto. Saya menceritakan apa adanya isi pertemuan itu," kata Nurcholish, dikutip dari laporan Majalah Tempo edisi Mei 2003.

Yang membuat Nurcholish terkejut adalah jawaban Soeharto, "Sudah, kalau begitu saya umumkan." Nurcholish lalu bertanya kepada Soeharto, "Kapan?" "Besok," jawab Soeharto. Nurcholish sama sekali tak menduga jawaban itu. "Saya kaget, kok cepat sekali. Eh, malah dia (Soeharto) yang menggugat saya. 'Lo, katanya tadi hitungannya detik'," kata Nurcholish. Soeharto berencana mengumumkan bersama tokoh-tokoh masyarakat. Ada sembilan nama tokoh masyarakat, nama-nama itu datang dari Nurcholish Madjid dan Soeharto.

Pada 21 Mei 1998 pukul 09.00, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Ia menggelar pidato kenegaraan terakhir di credential room Istana Negara: "Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis, 21 Mei 1998".

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross