NEWS, IDenesia.id - Rakyat Georgia akan sulit melupakan momen saat presiden mereka kala itu, Eduard Shevardnadze mengundurkan diri dari jabatannya tepat pada 23 November 2003 silam. Shevardnadze mundur, karena masifnya gempuran kritikan hingga memuncak diakibatkan oleh pemilihan parlemen yang bersengketa.

Keahlian politik Shevardnadze membuatnya mendapat julukan Tetri Melia ('Rubah Putih') sejak 1995 menjadi kepala negara. Runtuhnya kekuasaan Shevardnadze juga tak terlepas akibat gejolak politik dari gerakan yang disebut dengan Revolusi Mawar.

Gerakan ini adalah sebuah perubahan damai pro-Barat di Georgia pada November 2003. Revolusi tersebut berujung pada merebaknya unjuk rasa terhadap persengketaan pemilihan parlementer dan berpuncak pada pelengseran Presiden Eduard Shevardnadze, yang menandai akhir era kepemimpinan Soviet di negara tersebut.

Peristiwa tersebut mengambil namanya dari dan sesuai dengan momen iklim negara tersebut saat itu. Dimana para pengunjuk rasa yang dipimpin oleh Mikheil Saakashvili bergerak ke parlemen dengan menggenggam mawar merah di tangan masing-masing demonstran. Unjuk rasa kala itu berlangsung selama 20 hari.

Revolusi tersebut menuntut pemilihan presiden dan parlementer baru di Georgia, yang mendirikan Gerakan Nasional Bersatu sebagai partai pemerintahan dominan. Setelah Revolusi Mawar, Georgia memegang kebijakan asing pro-Barat dan mendeklarasikan integrasi Eropa dan Euro-Atlantik sebagai prioritas utamanya.