Kapal Tempur Rusia, Oslyabya, Yang Menjadi Kapal Karam Pertama di Pertempuran Tsushima. (Foto : Wikimedia Commons).

Sejarah Hari Ini, 28 Mei; Perang Rusia-Jepang, Pertempuran Tsushima Berakhir Dengan Kekalahan Rusia

Publish by Redaksi on 28 May 2023

NEWS, IDenesia.id - Perang Rusia-Jepang di Selat Tsushima, terjadi pada 28 Mei 1905. Pertempuran laut terakhir dan paling menentukan sepanjang Perang Jepang-Rusia (1904–1905). Pertempuran terjadi di Selat Tsushima pada 27-28 Mei 1905 (14-15 Mei menurut kalender Julian yang waktu itu digunakan di Rusia), dan merupakan pertempuran laut terbesar pada era kapal tempur Pra-Dreadnought. Pertempuran Tsushima dikenal di Jepang sebagai Nihonkai kaisen.

Pada momen tersebut publik dikejutkan dengan kemenangan telak oleh kekaisaran Jepang atas Kekaisaran Rusia dalam Pertempuran Tsushima dengan menggunakan kapal yang lebih unggul dalam hal kecepatan dan persenjataan, kapal-kapal uap dari Armada Gabungan Kekaisaran Jepang di bawah komando Laksamana Togo Heihachiro menghancurkan dua pertiga Armada Baltik Kekaisaran Rusia di bawah komando Laksamana Zinovy Rozhestvensky.

Sejarawan Edmund Morris dalam buku Theodore Rex menyebut Pertempuran Tsushima sebagai pertempuran terbesar setelah Pertempuran Trafalgar. Kekalahan Rusia membuka jalan bagi Perjanjian Portsmouth yang mengakhiri Perang Rusia-Jepang 1904-1905.

Pertempuran Tsushima menjadi pertempuran terakhir dan menentukan dalam Perang Rusia-Jepang (1904-1905. Kekalahan dalam Pertempuran Tsushima memaksa Rusia menerima perjanjian perdamaian dengan Jepang yang dimediasi oleh Presiden Amerika Serikat, Theodore Roosevelt.

Perjanjian ini dilakukan di Portsmouth, New Hampshire, dan Rusia mengakui Jepang sebagai kekuatan dominan di Korea serta menyerahkan Port Arthur, Sakhalin bagian Selatan, dan Semenanjung Liaotong.

Kaisar Rusia Tsar Nicholas I ingin memperluas wilayahnya di Asia dan menganggap Jepang sebagai musuh yang mudah. Dia meremehkan perkembangan militer dan industri Jepang yang justru pada kenyataannya dapat mengejar Rusia dengan cepat.

Rusia sudah menguasai Manchuria sejak 1860 dan pada 1898 juga mengendalikan Port Arthur, sebuah pelabuhan air hangat. Kekaisaran ini kemudian membangun cabang jalur kereta Trans-Siberia yang menghubungkan kedua wilayah ini sehingga bisa menempatkan militer dan ekonominya di China bagian utara.

Namun, di sisi lain, Jepang juga memiliki ambisi kekuasaan di Korea dan China bagian utara. Sebelumnya, Jepang sudah menguasai Semenanjung Korea sejak 1890-an. Ketika pedagang Rusia banyak pindah ke Manchuria, mereka mengganggu kepentingan Jepang.

Pemerintah Jepang berusaha menghindari perang dengan menginisiasi perundingan dengan St. Petersburg. Namun, para diplomat Rusia menangguhkan perundingan dan hubungan diplomatik keduanya berakhir pada awal 1904.

Didukung oleh Inggris, Jepang menyatakan perang pada Rusia pada 8 Februari 1904 kemudian menyerang garnisun di Port Arthur. Tsar tetap merasa percaya diri dan dapat menang karena Jepang baru memodernisasi kekaisarannya pada pertengahan abad ke-19.

Meski Jepang sudah mengembangkan industrialisasi dan teknik berperang ala Barat, hanya sedikit yang percaya bahwa Jepang dapat mengalahkan salah satu kekuatan utama di Eropa. Namun, Jepang memiliki keunggulan karena angkatan lautnya dilengkapi dengan kapal perang buatan Inggris yang baru.

Sementara Rusia, meski armadanya lebih besar, memiliki kapal-kapal yang relatif tua. Per Agustus 1904, Jepang sudah mengepung Port Arthur dan menyerang perbentangan di kota itu. Port Arthur akhinya jatuh ke tangan Jepang lima bulan kemudian dan sekitar 20.000 prajurit Rusia menjadi tawan perang.

Pada September 1904, Rusia meminta pengerahan Armada Baltik ke Asia dan merebut Port Arthur. Ada 28 kapal Rusia meninggalkan Eropa pada Oktober dan sempat menyerang kapal ikan Inggris karena mengiranya kapal perang Jepang yang menyamar. Hal ini hampir menarik Inggris ke dalam perang antara Jepang dan Rusia.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross