Ilustrasi Pangeran Antasari. Sejarah 4 Mei Perang Banjar. (Foto : tirto.id/Gery).

Sejarah Hari Ini, 4 Mei; Perang Banjar, Pertempuran Paringin Antara Pasukan Antasari Melawan Kolonial Belanda

Publish by Redaksi on 4 May 2023

NEWS, IDenesia.id - Perang Banjar atau Perang Banjar-Barito atau Perang Kalimantan Selatan adalah perang perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda yang berlangsung antara tahun 1859-1905 yang terjadi di Kesultanan Banjar yang meliputi wilayah provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Konflik dengan Belanda sebenarnya sudah mulai sejak Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Kesultanan Banjar. Dengan ikut campurnya Belanda dalam urusan kerajaan, kekalutan makin bertambah.

Tanggal 4 Mei 1826, Sultan Adam Al-Watsiq Billah (1825-1857), penerus Sultan Sulaiman, juga melakukan perjanjian dengan Belanda dengan menyisakan wilayah Kesultanan Banjar yaitu Hulu Sungai, Martapura, dan Banjarmasin.

Sepeninggal Sultan Adam yang wafat pada 1857, ada tiga kandidat penerus takhta Kesultanan Banjar, yaitu Pangeran Hidayatullah II, Pangeran Anom, dan Pangeran Tamjidillah II. Pangeran Hidayatullah II didukung pihak istana dan sudah mengantongi surat wasiat dari Sultan Adam, Pangeran Anom dijagokan sebagai Mangkubumi (perdana menteri), dan Tamjidillah II didukung oleh Belanda.

Penyebab Perang Banjar, Dikutip dari buku Pangeran Antasari karya M. Idwar Saleh (1993:21), Residen E.F. Graaf von Bentheim Teklenburg atas nama Belanda secara sepihak menobatkan Pangeran Tamjidillah II sebagai Sultan Banjar di Martapura pada 3 November 1857. Pangeran Tamjidillah II merupakan anak dari istri selir tertua mendiang Sultan Adam.

Pengangkatan secara sepihak ini menimbulkan protes dari istana. Yang dianggap paling berhak menjadi sultan adalah Pangeran Hidayatullah II. Setelah dinobatkan, Sultan Tamjidillah II melakukan penghapusan hak-hak istimewa kepada saudara-saudaranya, yakni Pangeran Hidayatullah II dan Pangeran Anom.

Sultan Tamjidillah II menganggap tidak ada surat wasiat dari Sultan Adam yang dikantongi Pangeran Hidayatullah II. Bahkan, Pangeran Anom dibuang ke Bandung. Gerakan protes terhadap penobatan Sultan Tamjidillah II bermunculan. Dari pedalaman Kalimantan, gerakan kini dipelopori oleh Panembahan Muning atau Aling.

Aksi yang dipimpin Aling dikenal dengan nama Gerakan Datu Muning, berpusat di Kembayau atau Tambai Mekah, sebuah desa yang berada di tepi Sungai Muning, Kalimantan Selatan. Pangeran Antasari datang ke Kembayau atas undangan Aling. Selain mendapat dukungan dari Aling dan pengikutnya, Pangeran Antasari juga memperoleh sokongan dari banyak pihak. Beberapa pihak yang mendukung tersebut di antaranya adalah Kesultanan Pasir dan Kesultanan Kutai Kartanegara dari Kalimantan Timur serta Tumenggung Surapati yang memimpin orang-orang Dayak.

Pangeran Antasari melanjutkan perjuangan menghadapi Belanda yang mendatangkan pasukan bantuan dari Batavia. Di tengah perlawanan gerilya tersebut, Pangeran Antasari jatuh sakit. Ia terserang penyakit cacar dan paru-paru hingga akhirnya wafat pada 11 Oktober 1862.

Perang Banjar berakhir setelah tokoh-tokoh pejuang yang tersisa berguguran, ditangkap, juga banyak yang diasingkan ke luar pulau. Selanjutnya, wilayah Kesultanan Banjar dikuasai pemerintah kolonial Hindia Belanda.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross