6 Desember 1928, Terjadi Pembantaian Massal, Berlangsung di Ciénaga, Kolombia. (Foto : Wikipedia).

Sejarah Hari Ini, 6 Desember; Pembantaian Buruh Perkebunan Pisang di Kolombia

Publish by Redaksi on 6 December 2022

NEWS, IDenesia.id - Hari ini tepatnya pada 6 Desember 1928, terjadi pembantaian massal terhadap demonstran yang sebagian besar merupakan buruh perkebunan pisang di Kota Cienaga, Provinsi Magdalena, Kolombia.

Peristiwa tersebut didokumentasikan dalam paper berjudul "The worker's massacre of 1928 in the Magdalena Zona Bananera - Colombia. An unfinished story" yang dipublikasikan pada Desember 2012. Tragedi yang dikenal sebagai "Pembantaian Pisang" itu dilatarbelakangi perlakuan tidak adil terhadap para buruh yang bekerja di perkebunan pisang yang dikelola oleh perusahaan multinasional asal Amerika Serikat, United Fruit Company (UFC).

Perlakuan itu antara lain upah rendah dan ketiadaan jaminan kesehatan serta asuransi kecelakaan kerja. Hal ini menyebabkan para buruh di perkebunan tersebut melakukan mogok kerja dan menggelar aksi demonstrasi sejak November 1928 untuk menuntut keadilan dari UFC. Akan tetapi, upaya para buruh untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik itu justru dibalas dengan berondongan peluru dari aparat militer Kolombia yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa hingga lebih dari 1.000 orang.

Pisang merupakan komoditas yang sangat diminati di pasar Eropa dan AS. Kolombia merupakan salah satu negara penghasil pisang terbesar di dunia. UFC merupakan perusahaan multinasional yang menguasai perdagangan pisang di pasar dunia. Mereka memiliki perkebunan di banyak negara Karibia, yaitu Kolombia, Kuba, Republik Dominika, Kosta Rika, Panama, Honduras, dan Guatemala.

Protes para buruh di Cienaga, Kolombia, bermula dari cara perusahaan merekrut pekerja secara tidak langsung dengan menggunakan sub-kontraktor (outsourcing). Cara tersebut dilakukan UFC untuk mendapatkan lebih banyak pekerja dengan biaya yang lebih murah. Dengan demikian, mereka dapat meraup untung lebih besar.

Pada 1920-an, terdapat 35.000 hektar perkebunan pisang di Provinsi Magdalena, yang mewakili 57 persen dari ekspor Kolombia. Salah satu pasal perjanjian kerja menetapkan, "Semua rincian pekerjaan akan menjadi tanggung jawab perusahaan kontraktor dan baik kontraktor maupun pekerja tidak akan menjadi pekerja United Fruit Company".

Meski ketegangan semakin memuncak, Pemerintah Kolombia tidak segera mengambil tindakan untuk mengurai permasalahan itu. Keresahan para pekerja karena tidak merasakan dukungan negara membuat mereka melancarkan protes radikal dengan merampas perkebunan pisang. Hal itu menyebabkan konfrontasi antara pemilik tanah, militer, dan pekerja.

Insiden yang terjadi di beberapa daerah itu menyebabkan Dewan Kementerian mengumumkan perubahan aturan ketertiban umum pada 5 Desember 1928. Kewenangan khusus juga diberikan kepada Menteri Arrazola untuk bertindak sebagai mediator dan menempatkan Jenderal Cortes Vargas sebagai Kepala Sipil dan Militer. Intervensi ini dilakukan dengan dasar kerugian ekonomi dan politik nasional, yang pada saat itu diperkirakan telah melebihi 1 juta dollar AS.

Sementara itu, aksi para buruh di Cienaga mencapai puncaknya pada malam hari tanggal 5 Desember 1928. Mereka berkumpul di alun-alun kota dan menggelar unjuk rasa damai. Akan tetapi, Gubernur Magdalena, Nunez Roca, memerintahkan pembubaran demonstrasi. Para pekerja tidak menerima ini dengan baik. Mereka menyatakan bahwa pihak berwenang lebih berpihak pada UFC dan militer tanpa berdiskusi dengan perwakilan pekerja.

Saat itu, ada sekitar 1.500 orang buruh yang melakukan demonstrasi dan mogok kerja di alun-alun Cienaga. Tentara memberikan waktu 15 menit kepada para buruh untuk membubarkan diri. Tiga kali peringatan terompet diberikan, namun para demonstran tetap di posisinya. Keheningan menguasai alun-alun Cienaga ketika fajar menyingsing pada 6 Desember 1928 dan ancaman tentara menjadi kenyataan ketika teriakan "Tembak" diucapkan. Senapan-senapan ditembakkan ke arah demonstran yang tidak berdaya dan tidak bersenjata. Dalam beberapa menit, tanah alun-alun itu menjadi merah karena darah. Dari berbagai kesaksian yang dikumpulkan, korban jiwa akibat peristiwa tersebut mencapai.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross