NEWS, IDenesia.id - Hari Disleksia Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 8 Oktober. Bagi sebagian orang, kegiatan membaca dan menulis yang terlihat sederhana terasa berat bagi mereka yang mengalami disleksia.
Disadur IDenesia dari laman National Today, Selasa, 8 Oktober 2024, disleksia merupakan gangguan belajar yang memengaruhi kemampuan membaca dan menulis, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Kondisi ini pertama kali diidentifikasi oleh dokter asal Jerman, Oswald Berkhan, pada tahun 1881. Enam tahun kemudian, istilah disleksia diperkenalkan oleh dokter mata Rudolph Berlin untuk menggambarkan gangguan ini.
Berkhan awalnya tertarik pada kasus seorang anak laki-laki yang mengalami kesulitan serius dalam belajar membaca dan menulis, meskipun secara fisik dan intelektual sehat.
Penelitian Berkhan kemudian menunjukkan bahwa disleksia bukanlah kasus yang jarang terjadi, melainkan juga dialami oleh banyak orang dewasa.
Disleksia, seperti beberapa gangguan belajar lainnya, tidak dapat diatasi hanya dengan obat-obatan. Penderita memerlukan terapi, pendekatan inovatif dalam belajar, serta dukungan jangka panjang dari pengasuh dan pendidik agar dapat mengatasi hambatan yang mereka hadapi dalam membaca dan menulis.
Sayangnya, ketika disleksia tidak terdiagnosis, penderitanya kerap disalahartikan sebagai malas, lambat belajar, atau sulit diatur. Ini adalah pandangan yang keliru dan jauh dari kenyataan.
Sejak disleksia ditemukan, para ahli medis dan terapis di seluruh dunia terus mengembangkan cara-cara terbaik untuk membantu penderita disleksia mengelola kondisinya.
Salah satu inovasi yang telah diciptakan adalah penggunaan font khusus disleksia, yang dirancang untuk mempermudah proses membaca bagi mereka yang mengalami gangguan ini.
Peringatan Hari Disleksia Sedunia menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tantangan yang dihadapi oleh penderita disleksia dan pentingnya dukungan yang tepat bagi mereka.
