Andi Djemma. (Foto: Bugis).

Sekilas Kisah Andi Djemma, Dijegal Hingga Menentang Belanda Agar Indonesia Merdeka

Publish by Redaksi on 8 September 2023

NEWS, IDenesia.id - Andi Djemma, seorang tokoh berpengaruh yang lahir di Palopo, Sulawesi Selatan pada 15 Januari 1901, memiliki perjalanan hidup yang penuh dedikasi terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebelum meraih gelar datu (raja), Andi Djemma menggali pengetahuannya tentang pemerintahan dan tradisi kerajaan dari ibunya serta pejabat-pejabat tinggi istana.

Setelah ibunya meninggal, ia mempersiapkan diri untuk mengikuti seleksi datu Kerajaan Luwu. Meskipun golongan pendukung Belanda mencoba menghalanginya, namun upayanya gagal berkat dukungan yang kuat dari rakyat Luwu. Sebagai pemimpin daerah yang berjiwa nasionalis, Andi Djemma merespons Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dengan antusias. 

Ia menyatakan bahwa Kerajaan Luwu adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk menguatkan sikap ini dan menentang kembalinya kekuasaan Belanda, pada bulan September 1945, ia memimpin pertemuan para raja Sulawesi Selatan di Watampone.

Andi Djemma juga memberikan dukungan kepada pembentukan organisasi perjuangan seperti Pemuda Nasional Indonesia (PNI) dan Pemuda Republik Indonesia. Namun, pada bulan November 1945, pasukan Australia yang mewakili tentara Sekutu tiba di Palopo, mendampingi NICA (Belanda). Ketegangan timbul ketika Australia, di bawah tekanan Belanda, melarang pengibaran Bendera Merah Putih.

Patroli oleh pasukan Belanda di luar kota berlangsung, dan Andi Djemma akhirnya memberikan ultimatum untuk mengusir tentara Belanda dalam waktu 2x24 jam, yang sayangnya tidak dihiraukan. Akibatnya, pertempuran di dalam kota pecah pada tanggal 23 Januari 1946. Belanda akhirnya berhasil merebut kendali Palopo setelah membawa pasukan yang lebih besar.

Andi Djemma kemudian meninggalkan kota menuju Sulawesi Tenggara, di mana ia mendirikan pusat pemerintahan di Benteng Batu Putih. Di sini, ia membentuk kelompok pasukan yang dikenal sebagai Pembela Keamanan Rakyat (PKR) Luwu. Namun, keberadaan mereka di Batuputih menjadi target Belanda, yang berusaha merebutnya beberapa kali melalui operasi laut, tetapi mereka selalu gagal.

Dalam kejadian tak terduga, pasukan Belanda berhasil masuk ke Benteng Batu Putih dari belakang. Andi Djemma beserta keluarga dan pejabat pemerintahan Luwu ditangkap dan dipenjarakan. Ia kemudian diasingkan ke Ternate. Setelah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia pada tahun 1949, Andi Djemma dibebaskan. Ia kembali ke Makassar pada Maret 1950.

Andi Djemma kemudian diangkat sebagai Kepala Pemerintahan Swapraja Luwu oleh pemerintah RI. Ia meninggal pada 23 Februari 1965 di Makassar. Pengabdiannya yang luar biasa kepada kemerdekaan Indonesia diakui dengan pemberian gelar Pahlawan Nasional pada 6 November 2002 sesuai dengan SK Presiden RI Nomor 073/TK/2002.

Andi Djemma dikebumikan dengan upacara militer, agama, dan adat setempat di Taman Makam Pahlawan Panaikang Makassar. Kerajaan Luwu memberinya gelar adat sebagai "Baginda yang Mangkat dalam Alam Kemerdekaan." Pemerintah RI juga memberikan penghargaan berupa piagam dari Kementerian Pertahanan pada tahun 1960 dan Satya Lencana Karya Tingkat II pada tahun 1964.

Kini nama besar Andi Djemma diabadikan dengan beragam bentuk. Mulai dari Universitas Andi Djemma, Bandara Andi Djemma di Masamba, Rumah Sakit Umum Daerah Andi Djemma Luwu Utara hingga nama Jalan Andi Djemma di Kota Makassar. Namanya diabadikan untuk mengenang jasanya bagi daerah dan bangsa ini di zaman kemerdekaan. 

Sumber: Mengenal Pahlawan Nasional Jilid 2 - Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan 

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross