Taman Makam Pong Tiku di Tana Toraja. (Foto: IKPNI).

Sekilas Kisah Pong Tiku, dari Konflik Internal di Sulsel Hingga Perjuangan Melawan Belanda

Publish by Redaksi on 25 August 2023

NEWS, IDenesia.id - Bicara tentang kisah pahlawan di Sulawesi Selatan memang tak pernah ada habisnya. Mereka berjuang melawan segala bentuk penjajahan di atas bumi nusantara. Meski penuh dengan dinamika internal tapi mereka telah mengukir sejarah sendiri sebagai identitas bangsa Indonesia. Semangat perjuangan itulah yang tertanam dalam diri Pong Tiku. 

Pong Tiku, juga dikenal dengan nama Ne' Baso, lahir pada tahun 1846 di Pangala, Tana Toraja. Ia merupakan anak dari Siambe Karaeng, seorang penguasa adat di daerah Pangala dan sekitarnya. Meskipun detail tentang masa kecilnya sedikit diketahui, Pong Tiku konon sering ikut serta dalam pertemuan-pertemuan yang membahas masalah-masalah kemasyarakatan bersama ayahnya, seperti sengketa adat dan penyelesaiannya.

Ketokohan Pong Tiku alias Ne' Baso mulai terlihat saat terjadi konflik bersenjata antara negeri Baruppu dan negeri Pangala pada tahun 1880. Ayahnya yang telah lanjut usia menugaskan Pong Tiku untuk memimpin Laskar Pangala dalam konflik ini. Hasilnya, Pangala berhasil menguasai Baruppu dan mengintegrasikannya ke wilayah kekuasaannya. 

Hal ini membuat Pong Tiku diakui sebagai pemimpin oleh pemangku adat lain di Tana Toraja, dengan siapa ia bekerja sama dalam berbagai hal. Pong Tiku alias Ne' Baso juga terlibat dalam peristiwa yang dikenal sebagai "Perang Kopi", di mana Tana Toraja menjadi pusat persaingan perdagangan kopi dari daerah lain. Pada tahun 1889, terjadi "Perang Kopi" yang melibatkan pedagang dari Luwu dan Bone yang menyerang pedagang Sidenreng dan Sawitto. 

Pong Tiku mendukung Sidenreng dan Sawitto melawan Luwu dan Bone. Meskipun sempat menghadapi kesulitan, pasukan Pong Tiku akhirnya berhasil memukul mundur pasukan Luwu dan Bone. Kedua konflik tersebut, baik antara Pangala dan Baruppu maupun "Perang Kopi", sebenarnya mencerminkan pertempuran internal di Sulawesi Selatan. Pong Tiku menyadari pentingnya memperkuat pertahanan wilayahnya dari campur tangan pihak eksternal. Ia membangun benteng-benteng yang mengikuti kondisi alam Tana Toraja yang bergunung-gunung. 

Di sebelah barat Pangala, dibangun benteng-benteng Laliddong, Buntu Batu, dan Rinding Alla, sementara di sebelah timur dibangun benteng-benteng Buntu Asu, Tondok, Ka'do, dan Mamullu. Keberhasilan pertahanan yang dibangun oleh Pong Tiku alias Ne' Baso terbukti saat Belanda menyerang Tana Toraja. Serangan ini adalah bagian dari upaya Belanda untuk menguasai wilayah Sulawesi Selatan, setelah menaklukkan kerajaan-kerajaan lain termasuk Bone. 

Pong Tiku bersama pasukannya berjuang keras dalam pertempuran melawan pasukan Belanda. Namun, pertahanan akhirnya runtuh, dan pada tahun 1907 Pong Tiku ditangkap, diadili, dan dieksekusi oleh Belanda. Kisah kepahlawanannya tetap diabadikan dalam sejarah. Pada tahun 1960, jenazah Pong Tiku alias Ne' Baso dipindahkan ke Makam Pahlawan Tana Toraja sebagai penghormatan atas perjuangannya.

Sumber: Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia (IKPNI).

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross