Musisi Taylor Swift (Foto: Getty Images)

Singapura Dikabarkan Monopoli Konser ‘Taylor Swift: Eras Tour’ di Asia Tenggara, Negara Tetangga Geram

Publish by Redaksi on 2 March 2024

NEWS, IDenesia.id - Musisi Taylor Swift benar-benar memiliki pengaruh yang tidak main-main, bahkan hingga ke ranah politik negara-negara di Asia Tenggara. Masalah bermula ketika jadwal resmi konser Taylor Swift: Eras Tour akhirnya rilis, menyebabkan jutaan penggemar di Asia Tenggara harus gigit jari sebab sang musisi hanya akan menggelar konser di Singapura saja.

Seluruh tiket untuk enam hari konser di Singapura dengan cepat terjual habis. Kemudian, tersiarlah kabar mengenai keterlibatan pemerintah Singapura dalam sebuah kesepakatan eksklusif dengan tim Taylor Swift. Negara tersebut dikabarkan sengaja melakukan monopoli dalam penyelenggaraan Eras Tour di Asia Tenggara.

Spekulasi ini pertama kali beredar pada pertengahan Februari lalu setelah Perdana Menteri Thailand, Srettha Thasivin, mengatakan kepada sebuah forum bisnis di Bangkok bahwa ia telah mendengar kabar dari promotor konser Taylor Swift, Anschutz Entertainment Group (AEG), bahwa pemerintah Singapura telah menawarkan dana di kisaran 3 juta dolar AS atau sekitar Rp47,1 miliar kepada tim sang musisi untuk setiap pertunjukan yang ia gelar di negara tersebut, sebagai imbalan atas perjanjian untuk tidak menggelar konser Eras Tour di negara lain di Asia Tenggara.

"Jika saya mengetahui hal ini, saya akan membawa acara ini ke Thailand," ujar Srettha dalam forum tersebut, sebagaimana dilansir IDenesia dari laman TIME, Sabtu, 2 Maret 2024. Ia juga menyebut pemerintah Singapura "cerdik" karena telah menjadi perantara kesepakatan eksklusif dengan pihak penyelenggara. 

Tidak hanya Thailand yang dibuat geram. Anggota parlemen Filipina, Joey Salceda, bahkan meminta Departemen Luar Negeri Filipina untuk menekan lembaga mitranya di Singapura agar memberikan penjelasan mengenai spekulasi tersebut.

“Jika benar, (hal ini) bukanlah hal yang dilakukan oleh tetangga yang baik," ujar Salceda.

"Hal ini juga bertentangan dengan prinsip hubungan berbasis konsensus dan solidaritas yang menjadi dasar pendirian ASEAN," lanjutnya.

Pihak AEG tidak segera menanggapi kabar tersebut. Namun, otoritas pariwisata dan pemuda Singapura mengkonfirmasi kepada TIME dalam sebuah pernyataan bersama bahwa badan pariwisata telah "mendukung acara tersebut melalui hibah" tanpa menyebutkan jumlah maupun rincian klausul yang membatasi.

Sebenarnya, bukanlah hal yang mengherankan jika pemerintah sejumlah negara sangat menginginkan Taylor Swift mampir ke negara mereka. Bagaimana tidak, penyanyi peraih Grammy ini memang dikenal mampu mendongkrak ekonomi lokal dimanapun konsernya digelar.

Di Singapura sendiri, lebih dari 300.000 ribu tiket konser terjual, dan berdampak pada peningkatan harga hotel dan penerbangan setempat hingga 30% akibat banyaknya wisatawan yang datang ke negara tersebut untuk menyaksikan Eras Tour.

Para ahli bahkan memperkirakan bahwa konser Taylor Swift mampu menghasilkan pendapatan pariwisata hingga $500 juta atau sekitar Rp7.8 triliun bagi negara tempat konsernya digelar. Angka ini tentunya sangat menggiurkan bagi berbagai negara di dunia, tak terkecuali bagi Asia Tenggara.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Pariwisata Indonesia, Sandiaga Uno, melihat adanya mengatakan bahwa Indonesia juga membutuhkan 'Swiftonomics' untuk mempromosikan pariwisata Indonesia.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross