(foto:bhutantravelexpress)

Sulitnya Pekerjaan di Bhutan Memicu Eksodus ke Australia

Publish by Redaksi on 28 July 2023

NEWS, IDenesia.id - Pembukaan kembali perbatasan Australia untuk pelajar internasional setelah pandemi telah memicu eksodus dari Bhutan, karena kaum muda mencari peluang di luar negeri di tengah meningkatnya ketidakbahagiaan ekonomi di kerajaan Himalaya yang terkurung daratan itu.

Disadur dari Reuters, Jumat 28 Juli 2023, migrasi pelajar ke Australia dari Bhutan telah melonjak, dengan lebih dari 12.000 pendatang jangka panjang pindah ke sana dalam 11 bulan hingga bulan Mei saja, mewakili sekitar 1,5% dari populasi negara kecil di Asia Selatan, yang memiliki tingkat pengangguran kaum muda dua digit.

Sebagian besar pendatang baru telah menetap di Perth, Australia Barat, di mana mereka telah mendaftar di kursus-kursus seperti pengasuhan anak, perhotelan, dan akuntansi.

Tashi Kipchu, seorang konsultan pendidikan berusia 25 tahun, adalah salah satu dari banyak orang yang datang ke Australia tahun lalu untuk mencari peluang yang lebih baik. "Tepat setelah COVID, semuanya mati. Orang tidak melihat peluang di luar sana," kata Kipchu, yang belajar pemasaran di University of Western Australia.

Sonam Tobgay, yang menjadi Duta Besar perdana Bhutan untuk Australia pada tahun 2021, mengatakan daya tarik Australia mencakup biaya kuliah yang relatif lebih murah dan rezim visa yang menguntungkan yang memungkinkan tanggungan siswa untuk datang dan bekerja selama berjam-jam tanpa batas. Enam dari 10 menteri kabinet Bhutan saat ini memiliki kualifikasi dari universitas atau institut Australia.

Terjepit di antara India dan Cina, Bhutan membuka kembali perbatasannya pada bulan September tahun lalu, tetapi pajak turis yang lebih tinggi membuat pemulihan di industri kritis tidak sesuai harapan. Pengangguran kaum muda mencapai 28% tahun lalu.

Di tengah prospek pekerjaan yang suram di dalam negeri, banyak anak muda berbondong-bondong ke Australia, yang telah melonggarkan pembatasan visa untuk membantu meringankan pasar tenaga kerja yang paling ketat  dalam 50 tahun.

Kipchu, yang awalnya dilatih sebagai insinyur kimia di Bhutan, melihat peluang bisnis segera setelah tiba di Perth dan memulai konsultasi pendidikan untuk membantu calon siswa dari Bhutan. Sekarang perusahaannya mempekerjakan 40-50 orang di negara asalnya.

"Saya datang ke Australia untuk belajar, tetapi entah bagaimana negara ini memberi saya kesempatan," kata Kipchu, memperkirakan tren pindah ke Australia akan terus berlanjut. "Kesempatan kerja dan fleksibilitas bagi siswa untuk bekerja di sini membuatnya lebih menarik."

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross