Menonton Konten Video Pendek Berdurasi 15 Hingga 30 Detik Tanpa Henti Dapat Memangkas Rentang Perhatian Kita Seperti Yang Tidak Dapat Dilakukan Oleh Media Sosial Lain. (Foto : playplay.com).

Ternyata Hanya Dengan 1 Video, TikTok Bisa 'Bunuh' Otak Penggunanya

Publish by Redaksi on 2 April 2023

NEWS, IDenesia.id - Apakah anda pernah mendengar istilah 'TikTok Brain'? Ini adalah istilah untuk mengisyaratkan apa yang dilakukan platform video pendek terhadap kognisi manusia dan fungsi mental penggunanya secara keseluruhan.

Ada banyak bukti tentang efek merugikan dari aplikasi tersebut pada penggunanya, terutama pada perkembangan otak anak-anak dan remaja yang ironisnya yerjadi pada pengguna TikTok yang paling rajin scrolling.

Dikutip dari Social Media Psychology, menonton konten dari aplikasi video pendek berdurasi 15 hingga 30 detik tanpa henti dapat memangkas rentang perhatian kita seperti yang tidak dapat dilakukan oleh media sosial lain.

Disisi lain, terdapat sebuah fakta yang mengatakan bahwa pengguna aplikasi video pendek bisa menghabiskan berjam-jam lebih banyak di TikTok dibandingkan dengan platform media sosial lainnya.

Alhasil, memori jangka pendek dan kemampuan berkonsentrasi pengguna aplikasi tersebut secara tidak langsung juga terpengaruh.

Seorang TikTokers melaporkan bahwa mereka tidak dapat lagi fokus pada format video yang lebih panjang, apalagi membaca buku atau mengerjakan pekerjaan rumah. Sebanyak 50% pengguna mengakui bahwa mereka merasa video berdurasi panjang adalah sesuatu yang "menegangkan".

Tampilan interface TikTok yang easy to use diyakini dapat membuat seseorang menjadi kecanduan terhadap aplikasi tersebut.

Tidak seperti Facebook atau Instagram yang sebagian besar menyajikan konten dari orang atau merek yang sudah kita ikuti, TikTok mengandalkan metode 'pengguliran tanpa akhir', mengeluarkan rekomendasi berbasis algoritma untuk menghibur penggunanya dari content creator yang tidak dikenal sekalipun.

Hingga sampai saat ini, Content Detection Algorithm sengaja dikembangkan dan terus disempurnakan agar sesuai dengan minat pengguna dan mempertahankannya di dalam aplikasi selama mungkin.

Dalam hal ini, TikTok adalah platform yang menganut voyeurisme sosial. Satu studi menemukan bahwa konten yang dibuat kreator adalah jenis konten yang paling membuat ketagihan anak muda yang secara langsung datang ke aplikasi untuk menikmati kehidupan orang lain.

TikTok beroperasi berdasarkan prinsip psikologis penguatan acak, aliran video tanpa akhir dengan sendirinya membuat pengguna ketagihan, sehingga berharap mendapatkan hadiah (dalam bentuk video lucu, diikuti dengan suntikan dopamin di otak) setiap saat.

Lonjakan dopamin yang terjadi secara berurutan inilah yang membuat TikTok mirip dengan perjudian. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kecanduan secara bertahap dapat 'menyusutkan' fungsi otak manusia.

 

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross