Inilah Satelit Cuaca yang Digunakan RI untuk Pantau Cuaca Ekstrem.

Ternyata Ini Satelit Cuaca yang Digunakan RI untuk Pantau Cuaca Ekstrem

Publish by Redaksi on 29 December 2022

NEWS, IDenesia.id - Banyak orang penasaran dengan satelit cuaca yang digunakan RI untuk memantau cuaca ekstrem yang belakangan terjadi di beberapa wilayah Indonesia.

Satelit cuaca atau kerap disebut juga satelit meteorologikal adalah satelit buatan yang dapat melihat lebih banyak dari awan dan sistem awan. Satelit ini dapat mengumpulkan informasi mengenai badai pasir dan debu, tumpukan salju, cahaya aurora, kebakaran, polusi, cahaya perkotaan, gelombang samudra, pembuangan energi, dan lain sebagainya.

Perkiraan cuaca memang menjadi informasi yang penting bagi masyarakat. Hal ini dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mempersiapkan lebih dini jika terjadi cuaca ekstrem yang mengganggu aktivitas dan keselamatan mereka.

Adapun perkiraan cuaca ini bisa dipantau dengan adanya satelit cuaca yang kerap digunakan oleh BMKG dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Satelit cuaca ini dapat memberikan informasi mengenai kondisi cuaca di permukaan bumi dan memprediksi cuaca pada wilayah tertentu. Satelit cuaca memiliki frekuensi rekaman ulang di suatu tempat pada waktu tertentu yang dapat digunakan untuk monitoring kondisi cuaca dari waktu ke waktu.

Berdasarkan catatan MNC Portal Indonesia, Indonesia sendiri menggunakan satelit cuaca Himawari-8/9 yang merupakan satelit cuaca yang dioperasikan oleh Japan Meteorological Agency (JMA). Satelit ini memang umum digunakan di kawasan Asia Pasifik.

Dilansir dari laman mgp.big.go.id, satelit Himawari ini diluncurkan pada 7 Oktober 2014 lalu. Peluncuran satelit ini menggunakan roket peluncur H-IIA F-25 dari Pusat Antariksa Tanegashima (Tanegashima Space Center) di Kagoshima, Jepang.

Satelit ini berhasil mencapai orbit geostasioner pada 16 Oktober 2014 dan akan beroperasi selama 15 tahun sampai 2022 untuk menggantikan Himawari-7. Melalui kamera satelit Himawari-8/9 inilah, peliputan yang cepat dengan cakupan global maupun lokal diperoleh.

Satelit Himawari-8/9 ini memiliki sensor Advanced Himawari Imager (AHI) yang memiliki 16 panjang gelombang dengan  3 kanal visible, 3 kanal near infrared, dan 10 kanal inframerah. Sementara itu, sensor AHI ini memiliki resolusi spasial hingga satu kilometer untuk kanal inframerah. Adapun resolusi temporal sensor AHI selama 10 menit. Artinya, sensor ini dapat memperoleh gambaran permukaan bumi setiap sepuluh menit.

Sensor AHI di kanal 1-3 akan menghasilkan gambar komposit RGB, sedangkan kanal 8-10 menghasilkan gambar keberadaan uap air. Sementara itu, kanal 11 memperoleh gambar terkait sulfur dioksida (SO2), kanal 12 menghasilkan gambaran observasi ozon (O2), kanal 13-15 sebagai jendela atmosfer, dan kanal 16 menghasilkan gambaran terkait karbondioksida (CO2).

Citra Himawari-8/9 dapat menghasilkan produk berupa parameter dan analisis pada beberapa kondisi antara lain:

  • analisis cuaca;
  • analisis siklon;
  • radiasi langit cerah;
  • suhu permukaan air laut;
  • vektor pergerakan atmosfer;
  • tutupan es dan salju;
  • deteksi perubahan daerah kumulus dalam interval singkat dari citra satelit;
  • parameter abu vulkanik;
  • dan indeks ketidakstabilan global.

Nantinya, data yang dihasilkan oleh satelit Himawari-8/9 ini akan didistribusikan oleh JMA kepada National Meteorological and Hydrological Service (NMHSs) lewat Internet Cloud Service (ICS) dengan teknologi Digital Video Broadcasting-Satellite-Second Generation (DVB-). Data ini tentunya akan memberikan manfaat yang besar dalam proses observasi dan pemantauan cuaca di beberapa wilayah yang menggunakan satelit Himawari-8/9, termasuk Indonesia.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross