NEWS, IDenesia.id – Perusahaan induk Tinder, Match Group, mengutarakan sebuah perkiraan pendapatan untuk kuartal terakhir yang menyebutkan perusahaannya mendapatkan keuntungan besar lebih banyak dari para pengguna yang mencari kecocokan dunia percintaannya dengan berlangganan aplikasi berbayar di aplikasi kencan populer, seperti tinder ini
Hasil yang mereka dapatkan dari data obsevasi adalah seperempat dari kinerja yang masih buruk ternyata masih berada di atas beberapa perusahaan teknologi terbesar di AS. Match Group, memiliki serangkaian aplikasi kencan termasuk Hinge dan OKCupid, saham mereka menjadi naik 16% pada awal November di hari Selasa 1 November 2022. Disadur IDenesia.id dari laman theguardian.com.
Dengan apa yang mereka usahakan selama ini ditambah dengan perubahan orang-orang dalam mencari teman berkencan hasilnya adalah membawa kabar gembira bagi Tinder, yang tahun ini mengalami perubahan signifikan. Misalnya pada bulan Agustus 2022 kemarin, kepala eksekutif Renate Nyborg mengundurkan diri setelah kurang dari satu tahun bekerja.
Inflasi yang melonjak dan kekhawatiran biaya hidup juga memberi tekanan pada pengeluaran di aplikasi ini. Terlepas dari kemungkinannya, pendapatan Match Group mencapai $810 juta (Rp 12,7 triliun) untuk tiga bulan hingga 30 September, mengalahkan perkiraan analis rata-rata $793 juta (Rp 12,4 triliun), menurut data Refinitiv.
Chief executive Bernard Kim dan kepala keuangan Gary Swidler memperingatkan bahwa melemahnya ekonomi global memukul merek-merek Match yang melayani konsumen berpenghasilan rendah, sementara juga membebani pengeluaran diskresioner di seluruh aplikasinya.
Jumlah pengguna yang membayar untuk menggunakan Tinder melonjak 7%, dan pendapatan tumbuh sebesar 6%, dibantu oleh kembalinya fitur yang memungkinkan orang menggunakan aplikasi di desktop mereka.
Tinder menawarkan tiga tingkatan layanan berlangganan berbayar, yang memberi pengguna fitur seperti suka tanpa batas dan, pada beberapa tingkatan, memungkinkan pengguna untuk melihat siapa yang "menyukai" mereka.
Minggu lalu Meta, Alphabet, dan Microsoft melihat miliaran nilai mereka terhapus karena kekhawatiran perlambatan global melanda perusahaan teknologi terbesar di dunia. Lima saham teknologi terbesar jatuh dengan gabungan $950 miliar pada titik terendahnya.
Sesuaikan rencana untuk mengatasi perlambatan yang akan datang dengan pengurangan biaya terkait jumlah karyawan dan pengeluaran pemasaran. Perusahaan menambahkan bahwa pencarian sedang berlangsung untuk CEO Tinder baru, posisi yang masih kosong.
