Ilustrasi, Mapasilaga Tedong. (Foto: Blog Berakhir Pekan).

Tradisi Mapasilaga Tedong, Tujuan dan Maknanya Bagi Masyarakat Toraja

Publish by Redaksi on 20 November 2023

NEWS, IDenesia.id -  Mapasilaga Tedong atau adu kerbau, menjadi salah satu tradisi yang dinantikan dalam suatu momen bagi masyarakat Toraja. Sebabnya, peristiwa langka ini hanya akan dilakukan saat atau seiring dengan upacara pemakaman orang yang sudah meninggal dunia, atau Rambu Solo. Tradisi unik yang diturunkan oleh para leluhur suku Toraja dan masih bertahan hingga saat ini.

Tradisi Mapasilaga Tedong ini mengandung makna filosofis di antaranya untuk menghormati orang yang sudah meninggal. Puluhan kerbau yang akan diadu dibariskan terlebih dahulu sebelum upacara dimulai. Kemudian kerbau-kerbau tersebut diarak dengan didahului oleh tim pengusung gong, pembawa umbul-umbul, dan sejumlah wanita dari keluarga yang berduka ke lapangan yang berlokasi di sekitar pemakaman. 

Pada saat barisan kerbau meninggalkan lokasi, musik pengiring akan dimainkan. Irama musik tradisional tersebut berasal dari sejumlah wanita yang menumbuk padi pada lesung secara bergantian. Sebelum adu kerbau dimulai, panitia menyerahkan daging babi yang sudah dibakar, rokok, dan air nira yang sudah difermentasi (tuak), kepada pemandu kerbau dan para tamu. 

Arena adu kerbau harus ditempatkan di sebuah sawah yang luas dan berlumpur atau di padang rerumputan. Tradisi ini dimulai dengan dua kerbau yang diadu dan menghantamkan tanduk masing-masing ke tanduk lawannya dan saling menjatuhkan satu sama lain. Kerbau yang dinyatakan kalah adalah kerbau yang berlari dari arena Mapasilaga Tedong.

Kerbau yang bertanding bukan kerbau biasa. Harganya mahal, bisa mencapai ratusan juta. Kerbau yang biasa ditampilkan biasanya jenis kerbau bule, kerbau lumpur, kerbau Salepo, Lontong Boke dan Tedong Pudu. Tapi yang paling sering digunakan adalah jenis Tedong Pudu, karena mudah dilatih dan tidak semahal kerbau lain.

Walaupun upacara adat ini terbilang sangat mahal, tradisi ini tetap dilakukan setiap tahunnya karena berkaitan dengan upacara Rambu Solo. Nilai-nilai serta tujuan awal dari Mapasilaga Tedong yaitu untuk memberikan hiburan kepada keluarga yang sedang berduka. Selain itu kegiatan ini juga memberikan hiburan kepada masyarakat yang telah bergotong royong dalam membuat pondok-pondok yang nantinya akan ditempati untuk mengadakan upacara Rambu Solo. 

Mapasilaga Tedong ini sebenarnya dalam tatanan adat diadakan sebagai kegiatan selingan atau hiburan bagi keluarga dan kerabat yang hadir dalam proses pemakaman. Banyak wisatawan yang tertarik melihat serangkaian ritual yang melibatkan manusia dan kerbau khas Toraja ini. Bagi orang Toraja, meskipun boleh ditangisi kematian merupakan kegembiraan tersendiri yang membawa manusia kembali menuju surga, asal-muasal leluhur. 

Masyarakat Toraja percaya bahwa tedong atau kerbau dapat mengantarkan sang almarhum menuju surga. Selain itu, bagi mereka, kerbau merupakan simbol kemapanan dan wibawa serta kemakmuran. Ini adalah satu dari sekian banyak tradisi yang menarik untuk diketahui di Toraja, yang menjadi salah satu ikon pariwisata berkelas di Sulawesi Selatan, bahkan Indonesia Timur dan dunia. 

Sumber: Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual - Kemenkumham RI

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross