Para Pejalan Kaki di Jepang Saat Tengah Menyeberang Jalan (Foto : KOMPAS.COM/ADHIKA PERTIWI).

Gawat, Diduga Akibat Mengalami Resesi Seks 4 Negara Ini Terancam Populasi Manusianya Akan Semakin Berkurang

Publish by Redaksi on 28 November 2022

NEWS, IDenesia.id – Dikutip dari berbagai sumber beberapa negara Asia khususnya di Kawasan Asia Timur saat ini tengah menghadapi 'resesi seks' yang mengancam tumbuhnya populasi manusi. Dimana semakin hari, semakin banyak negara yang mengalami penurunan populasi karena warganya menolak untuk mempunyai keturunan.

Hal ini mengacu pada kondisi rendahnya angka perkawinan dan keengganan untuk berhubungan seks sehingga mengacu pada terjadinya resesi seks yang  risikonya yakni krisis demografis karena banyak wanita yang berhenti melahirkan.

Dalam laporan media Inggris The Guardian, ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini termasuk keinginan yang berkembang di kalangan wanita muda pekerja untuk menikmati kebebasan dengan menjadi lajang dan berkarir.

Pria mengatakan mereka juga menikmati menjadi lajang, tetapi juga menyuarakan keprihatinan atas keamanan pekerjaan dan kemampuan mereka untuk menafkahi keluarga.

Ternyata Kondisi ini tidak hanya terjadi di satu atau dua negara tetapi beberapa negara besar di dunia. Lantas di mana saja negara yang mengalami penurunan populasi? Berikut daftar negara yang dihantui 'resesi seks'.

1. Singapura
Di negara ini, angka kelahiran bayi pada 2021 adalah 1,12. Angka ini lebih rendah dibandingkan angka rata-rata global yakni 2,3. Penyebab terjadinya 'resesi seks' di Singapura karena pemerintah mengizinkan para wanita untuk melakukan pembekuan telur. Padahal, awalnya izin ini hanya diberikan kepada wanita dengan kondisi medis tertentu seperti sedang melakukan kemoterapi.

"Kami menyadari bahwa beberapa wanita ingin mempertahankan kesuburannya karena keadaan pribadi mereka. Misal karena tidak dapat menemukan pasangan saat mereka masih muda, tetapi ingin memiliki kesempatan untuk hamil jika menikah nanti," kata administrasi Perdana Menteri LeeHsienLoong dalam pernyataan, dikutip dari South China Morning Post.

2. Jepang
Krisis populasi di Negeri Sakura ini di depan mata lantaran tingkat perkawinan dan kelahiran di negara itu tergolong terendah sepanjang sejarah. Berdasarkan laporan terbaru, angka pria dan wanita di Jepang yang tidak ingin menikah memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Sebuah data dari Institut Nasional Kependudukan dan Jaminan sosial menemukan bahwa 17,3 persen pria dan 14,6 persen wanita berusia antara 18 dan 34 tahun di Jepang menyebut mereka tidak berminat menikah. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak kuesioner pertama kali dilakukan pada 1982.

Pada 2021, jumlah bayi yang lahir di Jepang mengalami penurunan 29.231 atau 3,5 persen. Sedangkan untuk jumlah pernikahan turun 24.391 dari 501.116, angka terendah sejak akhir perang dunia kedua.

3. Korea Selatan

Korea Selatan (Korsel) saat ini sedang dihantui dengan 'resesi seks' atau penurunan populasi manusia. Hal itu karena, warga Korsel menolak untuk memiliki keturunan.

Mengutip AP News, berdasarkan data pemerintah Korsel, Negeri Ginseng ini hanya mencatat tingkat kesuburan 0,81% pada 2021. Idealnya, satu negara harus memiliki tingkat kesuburan 2,1% untuk menjaga populasi.

Tak hanya enggan menikah, warga Korea Selatan yang sudah berumah tangga enggan memiliki keturunan atau hamil. Hal ini dialami oleh Yoo Yeung Yi (30). Neneknya punya enam anak. Ia sendiri dua bersaudara. Namun, Yoo memutuskan tidak akan memiliki anak. "Suami saya dan saya sangat menyukai bayi... tetapi ada hal-hal yang harus kami korbankan jika kami membesarkan anak-anak," kata Yoo kepada AP News.

"Jadi ini menjadi masalah pilihan antara dua hal, dan kami sepakat untuk lebih fokus pada diri kami sendiri," sambungnya

Ada banyak orang seperti Yoo di Korea Selatan yang memilih untuk tidak punya anak atau tidak menikah. Negara maju lainnya memiliki tren serupa, tetapi krisis demografi Korea Selatan jauh lebih buruk.

Tidak ada angka resmi berapa banyak warga Korea Selatan yang memilih untuk tidak menikah atau memiliki anak. Namun catatan dari badan statistik nasional menunjukkan ada sekitar 193 ribu pernikahan di Korea Selatan tahun lalu, turun dari puncaknya 430 ribu pada tahun 1996.

Data badan tersebut juga menunjukkan sekitar 260.600 bayi lahir di Korea Selatan tahun lalu, sementara puncak kelahiran di negara tersebut mencapai 1 juta pada tahun 1971.

4. China

Negara dengan populasi terbanyak di dunia yakni 1,4 miliar ini disebut sedang mengalami 'resesi seks'. Diprediksi tahun ini angka kelahiran akan mencetak rekor terendahnya lantaran telah menurun berada di bawah 10 juta, dibandingkan tahun lalu 10,6 juta anak lahir per tahun. Angka itu juga ternyata menurun 11,5 persen dari 2020.

Terkait hal tersebut, Presiden China Xi Jinping telah melakukan beragam cara untuk meningkatkan angka kelahiran seperti pengurangan pajak hingga uang tambahan untuk anak ketiga. Namun, strategi ini tidak cukup membuat angka kelahiran kian meningkat. Bahkan, per 2021, angka kesuburan berada di 1,16 di bawah standar yakni 2,1.

Lantas Apa yang menjadi penyebab krisis seks di 4 negara tersebut?

Mengutip The Strait Times yang melansir Bloomberg, tak ada alasan langsung mengapa angka kelahiran turun. Tetapi angka-angka baru mengonfirmasi pertumbuhan populasi di ekonomi nomor dua dunia itu melambat secara dramatis, bahkan diperkirakan akan semakin turun, sebagaimana ditegaskan sejumlah pejabat sejak Juli 2021.

Sementara itu, beberapa pakar demografi menyebut bahwa hal ini diakibatkan oleh rendahnya wanita yang menginginkan kehamilan.nPada Oktober lalu, Liga Pemuda Komunis China mengeluarkan publikasi yang mencatat hampir setengah atau 50% dari wanita muda yang tinggal di perkotaan negeri itu enggan menikah.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan keengganan untuk menikah ini. Mulai dari tak punya waktu hingga biaya keuangan pernikahan dan beban ekonomi memiliki anak.

"Mereka yang disurvei mengatakan tidak punya waktu atau energi untuk menikah," kata laporan tersebut.

Sepertiga responden juga mengatakan mereka tidak percaya pada pernikahan. Bahkan dalam persentase yang sama, mereka juga mengatakan tidak pernah jatuh cinta.

Dari seluruh alasan itu, ada juga satu alasan terkait kultur bekerja 9-9-6. Budaya ini adalah posisi bekerja di mana warga bekerja 9 pagi sampai 9 malam, enam hari seminggu.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross