Tiga Serangkai Dalam Posisi Duduk; Tjipto Mangoenkoesoemo, Ernest Douwes Dekker, Soewardi Soerjaningrat. (Foto : Wikimedia Commons).

Indische Partij Dibubarkan Belanda Pada 31 Maret 1913

Publish by Redaksi on 31 March 2023

NEWS, IDenesia.id - 109 tahun yang lalu, 31 Maret 1913, Indische Partij (IP) dibubarkan paksa oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pembubaran itu tak lain karena IP mulai mengganggu eksistensi Belanda.

Apalagi dedengkot IP, Ernest Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Soewardi Soerjaningrat kerap menggelorakan perlawanan terhadap Belanda. Ketiganya kemudian diasingkan ke Belanda. Sedang partainya yang membawa semangat nasionalisme di tanah Nusantara dibubarkan.

Masa pergerakan nasional adalah momentum paling menentukan dalam sejarah bangsa Indonesia. Berdirinya organisasi Boedi Oetomo (BO) adalah salah satunya penyebabnya. Organisasi yang didirikan pada 20 Mei 1908 dideklarasikan sebagai organisasi kebangsaan pertama di Hindia-Belanda. Tahun itu lalu dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Namun, BO yang awalnya memiliki tujuan mulia membela kaum bumiputra mulai merasa eksklusif diri. Terbatas kepada kepentingan kaum priayi.

IP pun menjadi partai nasionalis pertama di Hindia Belanda. Partai itu didirikan dengan misi untuk meningkat nasionalisme, tanpa pandang bulu. IP tak membeda-bedakan ras, kebangsaan, harta, dan jabatan.

Siapa saja dapat menjadi anggotanya: Indo, China, Belanda, ataupun bumiputra. Semua warga Hindia dapat bergabung. Keluwesan itu membuat IP justru didominasi oleh orang-orang Indo yang peduli nasib bumiputra. Total anggota IP kala itu mencapai 7 ribu orang lebih. Sedang kaum bumiputra hanya 1.500 orang. Jumlah itu jadi bukti bahwa sedari dulu kaum bumiputra tak sendiri dalam menentang kuasa Belanda.

“Gagasan Hindia Belanda untuk warga Hindia Belanda merupakan barang baru bagi penduduk pribumi  berpendidikan Barat. Rapat raksasa yang diselenggarakan IP merupakan hal baru yang memberi amat banyak inspirasi bagi Tjokroaminoto sampai berhasil menjadi Ketua Centraal Sarekat Islam (CSI).”

“Bahasa yang digunakan IP waktu itu benar-benar mengejutkan. Dalam rapat raksasanya di Bandung, Dekker mengumumkan deklarasi perang melawan tirani, atau pernyataan perang budak pembayar pajak kolonial terhadap Belanda, negara pemeras,” ungkap Takashi Shiraishi dalam buku 1000 Tahun Nusantara (2000).

Kehadiran IP memiliki kesan mendalam bagi segenap warga Hindia Belanda. Partai itu dianggap sebuah harapan baru dalam dunia perlawanan atas kesewenang-wenangan Belanda. Deru perlawanan itu membuat Belanda ambil sikap. Belanda pun ingin membubarkan IP. Ketiga dedengkotnya pun diasingkan ke Belanda  karena melempar kritik dan propaganda.

IP pun kemudian secara resmi bubar pada 31 Maret 1913. IP boleh bubar. Namun, tidak semangatnya. Deru perlawanan IP banyak menginspirasi tokoh bangsa lainkan memperjuangkan kemerdekaan. Soekarno, salah satunya. Ia begitu terinspirasi dari perlawanan IP. Bahkan Soekarno menjadikan Om Tjip (sapaan akrab Bung Karno kepada Tjipto) sebagai mentor politiknya.

 

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross