Ilustrasi: Sisa makanan berkontribusi pada kerusakan lingkungan. (Foto: Pixabay)

Warga Indonesia Suka Buang-buang Makanan, Kerugian Sekitar Rp551 Triliun

Publish by Redaksi on 6 July 2024

NEWS, IDenesia.id—Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional (Bapanas) Nita Yulianis mengatakan, pola konsumsi menjadi penyebab tingginya pembuangan makanan.

Menurut data United Nation Environment Programme (UNEP) 2021, 13 persen pangan global menyusut dengan 17 persen disebabkan pemborosan pangan.

Sarjana Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga  Institut Pertanian Bogor itu menjelaskan, dalam konteks individual, dampak yang ditimbulkan tidak terlalu signifikan, karena skala yang dihasilkan kecil.

Akan tetapi, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia yang mencapai 200 juta, hal ini tentu akan berdampak besar. Selain kerugian materi,juga kerusakan lingkungan.

"Secara ekonomi setara 3-5 persen dari PDB jumlah kerugian sekitar Rp551 triliun. Dari sisi lingkungan akan menyebabkan efek gas rumah kaca yang berbahaya untuk lingkungan," kata Nita kepada Pro3 RRI seperti dilansir IDenesia dari rri.co.id, Sabtu, 6 Juli 2024.

Mantan Kepala Bidang Cadangan Pangan di tahun 2017. Itu melanjutkan, efek gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembuangan makanan juga berjumlah sangat besar, mencapai 7,5 persen. Kontribusi efek gas rumah kaca akibat pembuangan makanan terhadap pemanasan global pun tergolong signifikan.

Makanya, dia meminta masyarakat untuk tidak menyia-nyiakan makanan. Sebab, dampak terbesarnya akan mengarah ke bumi, yang akhirnya berimbas ke produksi pangan.

Fakta bahwa angka pembuangan makanan yang terus meningkat setiap tahunnya, upaya menyadarkan masyarakat tentang pembuangan makanan dirasanya masih sulit dilakukan.

Meski begitu, mereka terus berupaya melakukan sosialiasi, serta edukasi tentang menyelamatkan pangan. Pihaknya mendorong dua metode, untuk mencegah terjadinya pembuangan makanan.

Pertama menyimpan makanan sisa yang masih layak digunakan, untuk bisa disalurkan ke orang membutuhkan. "Pembuangan makanan paling besar itu padi dan nasi, kedua sayur-mayur yang memiliki tingkat kehilangan 62,8 persen," ujarnya.

Metode lainnya kata Pejabat kelahiran Jakarta, 23 Agustus 1981 itu adalah pentahelix. Metode ini melibatkan akademisi, praktisi/bisnis, komunitas, pemerintah, dan media.

Terkait itu, pihaknya menjalankan sosialisasi advokasi bersama dengan DPR RI dan pihak lainnya. Ia ingin kerja sama yang sudah terjalin dengan berbagai pihak terus berkelanjutan, demi meminimalisir pembuangan makanan.

#Topik Terkait

cropped-FAVICON-1.png
IDenesia Daily
hello world!
cross